Skip to Content
Loading...
Mu'allim Reza
Mu'allim Reza
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Bloom’s Taxonomy: Kerangka Perjalanan Belajar Menuju Berpikir Tingkat Tinggi

Taksonomi Bloom dalam pembelajaran IPA dijelaskan secara ilmiah dan aplikatif, lengkap dengan penerapan Kurikulum Merdeka di kelas.

Pendahuluan

Pembelajaran merupakan proses sistematis yang bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara bertahap dan berkelanjutan. Dalam pendidikan sains, khususnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pembelajaran tidak cukup hanya menekankan penguasaan konsep, tetapi juga harus mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti analisis, evaluasi, dan penciptaan solusi ilmiah.

Salah satu kerangka teoretis yang banyak digunakan untuk merancang tujuan dan proses pembelajaran adalah Taksonomi Bloom. Taksonomi ini membantu pendidik memahami bahwa proses belajar merupakan sebuah perjalanan kognitif, dari kemampuan berpikir sederhana menuju kemampuan berpikir kompleks dan reflektif.

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, Taksonomi Bloom relevan sebagai dasar perancangan pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi, pembelajaran mendalam (deep learning), dan penguatan profil kelulusan.

Konsep Dasar Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom pertama kali dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom bersama timnya pada tahun 1956 sebagai klasifikasi tujuan pendidikan dalam ranah kognitif. Taksonomi ini kemudian direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) dengan menekankan kata kerja operasional sebagai representasi proses berpikir1.

Versi revisi Taksonomi Bloom terdiri atas enam level kognitif, yaitu:

  1. Remember (Mengingat)
  2. Understand (Memahami)
  3. Apply (Menerapkan)
  4. Analyze (Menganalisis)
  5. Evaluate (Mengevaluasi)
  6. Create (Mencipta)

Keenam level ini bersifat hierarkis dan progresif. Kemampuan berpikir tingkat atas dibangun di atas penguasaan kemampuan berpikir tingkat bawah sebagai fondasi awal pembelajaran.

Taksonomi Bloom sebagai Perjalanan Belajar

Taksonomi Bloom tidak dimaknai sebagai sekadar klasifikasi dalam pembuatan soal atau penilaian, melainkan sebagai alur perjalanan belajar peserta didik. Peserta didik memulai pembelajaran dengan mengenal dan memahami konsep dasar, kemudian menggunakannya dalam konteks nyata, hingga akhirnya mampu menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan solusi baru.

Pendekatan ini sejalan dengan teori konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun secara aktif melalui pengalaman belajar yang bermakna2.

Relevansi Taksonomi Bloom dengan Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka menekankan pengembangan kompetensi esensial, pembelajaran kontekstual, serta diferensiasi sesuai kebutuhan peserta didik.

  • Panduan penyusunan Tujuan Pembelajaran (TP) yang berjenjang
  • Dasar perancangan aktivitas pembelajaran bermakna
  • Acuan pengembangan kemampuan bernalar kritis dan kreatif

Dengan menggunakan Taksonomi Bloom, guru dapat memastikan bahwa pembelajaran tidak berhenti pada penguasaan konsep, tetapi berkembang menuju pemanfaatan dan pengembangan pengetahuan secara reflektif dan aplikatif.

Penerapan Taksonomi Bloom pada Pembelajaran IPA

Tema: Besaran–Satuan dan Tekanan Zat

1. Remember (Mengingat)

  • Pengertian besaran dan satuan
  • Besaran pokok dan satuan SI
  • Rumus tekanan zat padat dan tekanan hidrostatis

Tahap ini berfungsi sebagai fondasi kognitif awal dalam pembelajaran sains³.

2. Understand (Memahami)

  • Perbedaan besaran pokok dan besaran turunan
  • Hubungan gaya, luas bidang tekan, dan tekanan
  • Pentingnya satuan baku dalam pengukuran

Murid diharapkan mampu menjelaskan dengan bahasanya sendiri. Dan pemahaman konseptual ini merupakan prasyarat penting sebelum peserta didik dapat menerapkan konsep secara tepat⁴.

3. Apply (Menerapkan)

  • Menggunakan satuan SI dalam pengukuran
  • Menerapkan konsep tekanan pada peristiwa sehari-hari
  • Menginterpretasikan data hasil pengukuran

Tahap ini memperkuat keterkaitan antara teori dan praktik dalam pembelajaran IPA.

4. Analyze (Menganalisis)

  • Mengidentifikasi kesalahan penggunaan satuan
  • Menganalisis faktor yang memengaruhi tekanan
  • Menghubungkan konsep tekanan dengan fenomena alam

Analisis melatih peserta didik berpikir logis dan sistematis sesuai metode ilmiah⁵.

5. Evaluate (Mengevaluasi)

  • Mengevaluasi ketelitian alat ukur
  • Menilai efektivitas desain benda
  • Membandingkan alternatif solusi

Tahap evaluasi mencerminkan kemampuan bernalar kritis yang menjadi tujuan utama pendidikan sains modern.

6. Create (Mencipta)

  • Merancang prosedur pengukuran
  • Mengembangkan solusi berbasis konsep tekanan
  • Merancang proyek IPA sederhana

Tahap mencipta menunjukkan penguasaan konseptual yang utuh serta kemampuan inovatif peserta didik⁶.

Penutup

Taksonomi Bloom merupakan kerangka teoretis untuk merancang pembelajaran IPA yang berorientasi pada pengembangan berpikir tingkat tinggi. Dengan penerapan yang konsisten, pembelajaran menjadi lebih terstruktur, bermakna, dan relevan dengan tuntutan kurikulum.

Sebagai perjalanan belajar, Taksonomi Bloom membantu peserta didik berkembang dari penguasaan konsep dasar menuju kemampuan bernalar kritis, reflektif, dan kreatif dalam menghadapi permasalahan.

(Reza, Guru IPA)

Referensi

  1. Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
  2. Piaget, J. (1972). The Psychology of the Child. New York: Basic Books.
  3. Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. New York: Longmans, Green and Co.
  4. Ausubel, D. P. (1968). Educational Psychology: A Cognitive View. New York: Holt, Rinehart and Winston.
  5. Lawson, A. E. (2000). Classroom test of scientific reasoning: Revised paper. Journal of Research in Science Teaching.
  6. Krathwohl, D. R. (2002). A revision of Bloom’s taxonomy: An overview. Theory Into Practice.

Berbagi

Postingan Terkait

Posting Komentar

Konfirmasi Penutupan

Apakah anda yakin ingin menutup pemutaran video ini?